Membatik, Perpaduan Seni dan Kesabaran
Lucky Savitri02/10/2009 22:09
Liputan6.com, Jakarta: Batik adalah warisan budaya Indonesia yang sangat berharga. Kekayaan motif dan makna yang terkandung di dalam setiap motifnya sangat indah dan mempesona.
Kain batik dihasilkan melalui proses panjang yang memerlukan ketelitian, ketekunan, dan keahlian. Mulai dari menggambar motif di atas kain, menutup motif pada bagian-bagian tertentu dengan malam atau lilin, mencelup warna, mengerok lilin, dan mencelup lagi.
Semakin banyak warna yang ingin dimunculkan, semakin rumit prosesnya, karena pencelupan dan pengerokan lilin harus dilakukan beberapa kali. Penutupan motif dengan malam bisa dilakukan dengan canting untuk menghasilkan batik tulis, ataupun cap untuk menghasilkan batik cap. Karena lebih rumit dan membutuhkan waktu pembuatan yang lebih lama, harga batik tulis lebih mahal daripada batik cap.
Seperti dikutip dari javabatik.org, proses pembuatan kain batik dimulai dari proses "nganji". Sebelum dicap, biasanya mori dicuci terlebih dulu dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian dikanji lagi. Motif batik harus dilapisi kanji dengan ketebalan tertentu. Jika terlalu tebal nantinya malam kurang baik melekat. Sementara jika terlalu tipis, malam akan mblobor dan nantinya sulit dihilangkan.
Setelah itu, mori harus di-kemplong supaya menjadi licin dan lemas. Biasanya, hanya mori yang halus yang perlu dikemplong sebelum dibatik. Mori biru untuk batik cap biasanya bisa langsung dikerjakan tanpa dilakukan pekerjaan persiapan.
Ngemplong adalah menaruh mori di atas sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur dengan pemukul kayu. Mori yang dikemplong akan lebih mudah dibatik sehingga hasilnya lebih baik.
Selesai dikemplong, mori sudah siap untuk dikerjakan. Teknik pembuatan batik dimulai dengan nglowong yaitu mengecap atau membatik motif diatas mori dengan menggunakan canting. Nglowongpada sebelah kain disebut juga ngengreng. Setelah selesai dilanjutkan pada sisi kain lainnya.
Sebelum dicelup ke dalam zat pewarna, bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam. Lapisan malam ini ibarat tembok penahan zat perwarna agar tidak merembes ke bagian yang tertutup malam.
Oleh karena itu, pekerjaan ini disebut menembok. Jika ada perembesan karena tembokannya kurang kuat maka bagian yang seharusnya putih akan tampak jalur-jalur berwarna yang akan mengurangi keindahan batik. Itulah sebabnya malam temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet agar mudah dikerok.
Proses selanjutnya adalah medel, yaitu memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain. Zaman dulu, pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena menggunakan bahan pewarna indigo atau dikenal sebagai tom dalam bahasa Jawa.
Zat pewarna ini sangat lambat menyerap dalam kain mori sehingga harus dilakukan berulang kali. Kini dengan bahan warna modern, medel bisa dilakukan dengan cepat.
Kemudian, bagian yang akan disoga agar berwarna cokelat, dikerok dengan cawuk atau semacam pisau tumpul dibuat dari seng untuk menghilangkan malam. Kemudian, mbironi yaitu melakukan penutupan dengan malam pada bagian-bagian kain yang tetap diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di soga tetap terbuka. Pekerjaan mbironi ini dikerjakan di dua sisi kain.
Menyoga merupakan proses yang banyak memakan waktu, karena mencelup ke dalam soga. Jika menggunakan soga alam, tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang.
Tiap kali pencelupan harus dikeringkan di udara terbuka. Dengan menggunakan soga sintetis maka proses ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah menyoga diambil dari kata pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan warna soga atau cokelat bila direndam di air.
Setelah mendapat warna yang dikehendaki, maka kain harus mengalami proses pengerjaan lagi yaitu malam yang masih ketinggalan di mori harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan kedalam air mendidih yang disebut nglorod. (ROM)
Kain batik dihasilkan melalui proses panjang yang memerlukan ketelitian, ketekunan, dan keahlian. Mulai dari menggambar motif di atas kain, menutup motif pada bagian-bagian tertentu dengan malam atau lilin, mencelup warna, mengerok lilin, dan mencelup lagi.
Semakin banyak warna yang ingin dimunculkan, semakin rumit prosesnya, karena pencelupan dan pengerokan lilin harus dilakukan beberapa kali. Penutupan motif dengan malam bisa dilakukan dengan canting untuk menghasilkan batik tulis, ataupun cap untuk menghasilkan batik cap. Karena lebih rumit dan membutuhkan waktu pembuatan yang lebih lama, harga batik tulis lebih mahal daripada batik cap.
Seperti dikutip dari javabatik.org, proses pembuatan kain batik dimulai dari proses "nganji". Sebelum dicap, biasanya mori dicuci terlebih dulu dengan air hingga kanji aslinya hilang dan bersih, kemudian dikanji lagi. Motif batik harus dilapisi kanji dengan ketebalan tertentu. Jika terlalu tebal nantinya malam kurang baik melekat. Sementara jika terlalu tipis, malam akan mblobor dan nantinya sulit dihilangkan.
Setelah itu, mori harus di-kemplong supaya menjadi licin dan lemas. Biasanya, hanya mori yang halus yang perlu dikemplong sebelum dibatik. Mori biru untuk batik cap biasanya bisa langsung dikerjakan tanpa dilakukan pekerjaan persiapan.
Ngemplong adalah menaruh mori di atas sebilah kayu dan dipukul-pukul secara teratur dengan pemukul kayu. Mori yang dikemplong akan lebih mudah dibatik sehingga hasilnya lebih baik.
Selesai dikemplong, mori sudah siap untuk dikerjakan. Teknik pembuatan batik dimulai dengan nglowong yaitu mengecap atau membatik motif diatas mori dengan menggunakan canting. Nglowongpada sebelah kain disebut juga ngengreng. Setelah selesai dilanjutkan pada sisi kain lainnya.
Sebelum dicelup ke dalam zat pewarna, bagian yang dikehendaki tetap berwarna putih harus ditutup dengan malam. Lapisan malam ini ibarat tembok penahan zat perwarna agar tidak merembes ke bagian yang tertutup malam.
Oleh karena itu, pekerjaan ini disebut menembok. Jika ada perembesan karena tembokannya kurang kuat maka bagian yang seharusnya putih akan tampak jalur-jalur berwarna yang akan mengurangi keindahan batik. Itulah sebabnya malam temboknya harus kuat dan ulet, lain dengan malam klowong yang justru tidak boleh terlalu ulet agar mudah dikerok.
Proses selanjutnya adalah medel, yaitu memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain. Zaman dulu, pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena menggunakan bahan pewarna indigo atau dikenal sebagai tom dalam bahasa Jawa.
Zat pewarna ini sangat lambat menyerap dalam kain mori sehingga harus dilakukan berulang kali. Kini dengan bahan warna modern, medel bisa dilakukan dengan cepat.
Kemudian, bagian yang akan disoga agar berwarna cokelat, dikerok dengan cawuk atau semacam pisau tumpul dibuat dari seng untuk menghilangkan malam. Kemudian, mbironi yaitu melakukan penutupan dengan malam pada bagian-bagian kain yang tetap diharapkan berwarna biru, sedangkan bagian yang akan di soga tetap terbuka. Pekerjaan mbironi ini dikerjakan di dua sisi kain.
Menyoga merupakan proses yang banyak memakan waktu, karena mencelup ke dalam soga. Jika menggunakan soga alam, tidak cukup hanya satu dua kali saja, harus berulang.
Tiap kali pencelupan harus dikeringkan di udara terbuka. Dengan menggunakan soga sintetis maka proses ini bisa diperpendek hanya setengah jam saja. Istilah menyoga diambil dari kata pohon tertentu yang kulit pohonnya menghasilkan warna soga atau cokelat bila direndam di air.
Setelah mendapat warna yang dikehendaki, maka kain harus mengalami proses pengerjaan lagi yaitu malam yang masih ketinggalan di mori harus dihilangkan, caranya dengan dimasukkan kedalam air mendidih yang disebut nglorod. (ROM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar